Saturday, January 07, 2017

Anti rasuaH

Pada suatu malam, ketika Khalifah Umar bin Abdul Aziz berada di ruang kerjanya, memeriksa catatan keluar masuk dana Baitul Mal terdengar ketukan pintu .
Ruang kerja diterangi lampu minyak sekadarnya, hanya cukup terang untuk membaca berdekatannya tetapi tidak terlalu terang untuk bercermin di kaca . Khalifah tidak pernah bercermin kecuali kepada keteladanan Rasullulah dan para sahabat Nabi .

"Siapa di luar?" tanya Khalifah tanpa membuka pintu .

"Saya , Ayah," terdengar suara seorang pemuda .

"Ada keperluan apa?" tanya Khalifah .

"Saya disuruh ibu untuk membicarakan tentang beberapa masalah."

"Masalah apa?"

"Buka pintu dulu,Ayah . Izinkan saya masuk," jawab anaknya mendesak ingin masuk .

"Terangkan dulu apa masalahnya? Soal keluarga, soal masyarakat, atau soal negara? tanya Khalifah masih tetap tidak membukakan pintu untuk anaknya .

"Tentu sahaja urusan keluarga kita , Ayah," jawab anaknya kehairana melihat sikap ayahnya .

"Kalau begitu tunggu sebentar," sahut Khalifah dari dalam .

Khalifah Umar bin Abdul Aziz kemudian bangun dari tempat duduknya mendekati satu-satunya lampu minyak di bilik itu, dan kemudian meniupnya sehingga padam . Ruang kerja itu berubah gelap gelita . Lalu Khalifah membuka pintu dan anaknya disuruh masuk .

Pemuda itu semakin hairan melihat tingkah laku ayahnya . Knapa berbicara dalam ruangan yang gelap seperti ini? Apakah ayahnya sudah bingung atau berubah ingatan? Apakah terlalu keras ,
tindakannya menjadi aneh di luar kebiasaan orang waras ?
Dengan agak sangsi dan sedikit takut pemuda itu bertanya ingin tahu kepada ayahnya .

"Ayah, di ruang ini cuma ada satu lampu, mengapa ayah padamkan? Apakah kita akan berbincang dalam gelap?"

"Benar , kalu kita berbicara di dalam bilik ini, kita akan berbicara dalam keadaan gelap," jawab Khalifah .

Mengapa, Ayah?

"Apakah kau tahu bilik apa ini?"

"Bilik kerja Ayah .

"Siapakah Ayahmu?"

"Amirul Mukminin , Khalifah seorang pemimpin negara," jawab anak muda itu semakin tidak mengerti . Bahkan dia menjadi semakin curiga ayahnya telah mabuk kekuasaan sehingga hilang akal sihatnya .

Itulah jawapannya. Kerana ayahmu seorang pemimpin , maka kita akan berbicara tanpa lampu penerang di ruang ini."

"Mengapa?"

"Yang akan kita bicarakan adalah masalah keluarga, sedangkan lampu itu minyaknya dibeli dengan wang negara, wang rakyat . Aku tidak mahu urusan keluarga hingga merugikan milik rakyat, kepunyaan negara . Ruang ini adalah bilik kerja untuk kepentingan rakyat dan negara . Tidakkah kau tahu bahawa kekuasaan adalah amanah yang akan diminta pertangungjawab oleh Allah kelak di Hari Pembalasan?"

Mendengar penjelaan ayahnya, barulah pemuda itu mengerti tentang apa yang dilakukan oleh ayahnya . Yang tidak mahu merugikan rakyat dan negara kerana urusan peribadinya.